Halaman
Drama dalam Sastra Kita
237
Di layar kaca, tayangan sinetron, film, dagelan, humor hampir setiap saat
dapat kita tonton. Dari siaran radio pun dapat kita dengarkan sandiwara radio.
Pada acara khusus di masyarakat pun sering kita tonton pertunjukan seni
tradiosional dan pentas drama. Apa yang kita dengar dan saksikan itu merupakan
pertunjukan berbasais drama. “Drama’ rupanya mendapatkan porsi penting dalam
kehidupan kita. Oleh karena itu, tidak ada buruknya kita memahaminya lebih
jauh. Tidak terkecuali menulis naskahnya, mementaskannya, dan
mengidentifikasi komponen-komponennya.
Pelajaran 19
Drama dalam Sastra
Kita?
Kemampuan Bersastra
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
238
A. Mendengarkan
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat menganalisis pementasan drama berkaitan
dengan isi, tema, dan pesan.
Menganalisis Pementasan Drama
Pementasan drama biasanya tidak difokuskan pada lakon, tetapi juga pada pertunjukan-
nya. Dalam naskah drama terkandung unsur seni sastra, seni drama, seni pertunjukan, bahkan
juga terdapat unsur seni musik, seni tari, seni lukis, dan seni dekorasi, dan lain-lain.
Setiap pementasan selalu melibatkan berbagai komponen, seperti produser, sutradara,
pemain, petugas (
crew
), dan penonton. Tugas dan tanggung jawab masing-masing berbeda.
Produser menitikberatkan tanggung jawabnya pada pekerjaan administratif, seperti
pembiayaan, perizinan, dan publikasi; sutradara pada mutu permainan; pemain pada upaya
menghidupkan peran yang dibawakan; petugas (
crew
) pada penyediaan fasilitas
pemanggungan, keamanan, tiket, penerimaan tamu, dan lain-lain.
Uji Kompetensi 19.1
Tontonlah tayangan drama atau sandiwara pada televisi! Kemudian, analisislah apakah
pertunjukan itu relevan dengan kehidupan masa kini atau tidak, bermanfaat bagi penonton
atau tidak,menarik atau tidak, dan lain-lain! Hasilnya dapat Anda isikan pada format Hasil
Analisis. Formatnya, terserah Anda. Namun, berikut ini disajikan salah satu contoh.
Analisis Pementasan Drama
1. Judul
2. Hari dan Tanggal
3. Pukul
4. Stasiun TV
5. Sutradara
6. Pemain utama
7. Produser
8. Sinopsis
9. Unsur yang Dianalisis
Relevansinya dengan Kehidupan Manusia
Lebih dari Baik
Baik
Kurang Baik
a. tema
b. topik
c. alur cerita
d. manfaat
e. akting pemain
f. kostum
g. dekorasi
h. tata lampu
Drama dalam Sastra Kita
239
B. Berbicara
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat memerankan tokoh drama atau penggalan
drama.
Mementaskan drama
Mementaskan drama merupakan upaya untuk menghidupkan naskah di atas panggung.
Agar berhasil, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Di antaranya adalah pementasan
harus senantiasa dilakukan oleh beberapa orang dalam suatu grup yang kompak. Mereka
harus bekerja sama, baik dengan sesama anggota grup, seperti sutradara, pemeran, kru
pementasan, musisi, dekorator, dan dengan penonton.
Uji Kompetensi 19.2
Pentaskanlah drama berikut! Untuk mempermudah pelaksanaannya, bagilah kelas Anda
menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok sekurang-kurangnya terdiri atas empat orang.
Pilihlah siapa ketua kelompok merangkap sutradara, pemain, dan kru. Selebihnya penonton.
Diam
Judul asli
: Le Silence
Penulis
: Jean Murriat
Saduran
: Bakdi Sumanto
Pelaku
: Aleks, Irma, Dawud
Pentas menggambarkan sebuah ruangan kamar tamu. Ada beberapa meja dan kursi.
Ada sebuah pintu di sebelah kiri untuk keluar masuk. Di atas meja ada beberapa buku.
Saat itu sore hari kira-kira pukul 18.00. Lampu belum dinyalakan.
01. Aleks : (
Masuk menjatuhkan buku-bukunya di meja, dan duduk dengan kesal
)
“Bing. Bing. (
berhenti
) Bing, Bing! (
berhenti
) Bong. Bong (
berhenti
) Bong.
Booooong. Huh. Bongkrek.”
02. Irna
: “He, sudah lama?”
03. Aleks : “Baru saja. Kau?”
04. Irna
: “Lebih dari kau. Mana Bing?”
05. Aleks : “Tahu. Keluar kali.”
06. Irna
: “Jadi, nggak jadi?”
07. Aleks : “Sejauh info samar-samar, tafsiran masih bebas, kau boleh bilang jadi,
boleh bilang tidak jadi. Boleh bilang ditunda, boleh bilang dimulai, tapi
terlambat, dan apa saja.”
08. Irna
: “Kalau tahu begini, mestinya aku ....”
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
240
09. Aleks : “Nggak kemari dan ke Rahayu bersama Agus, nonton, dan jajan, dan
minum-minum, dan rileks, dan putar-putar kota, dan cuci mata, dan ....”
10. Irna
: “Cukup. Kau tak usah memperolok-olok Agus begitu. Memang dia tak
sehebat kau, tak sebrilian kau, tak sepopuler kau, tak serajin kau, dan
tak sekaya kau ....”
11. Aleks : “Cukup. Tak usah kau mengejek begitu. Berkata menyanjung-
nyanjung, tetapi menjatuhkan, menghina, meremehkan, memandang
rendah, me ...
12. Irna
: “Cukup, tak u ....”
13. Aleks : “Cukup kau ....”
14. Irna
: “Sudah.”
15. Dawud : (
Tiba-tiba masuk
) “Sudah. Setiap kali ketemu, begini. Di sekolah, di
kantin, di sini, di rumah Amroq. Di rumah Pak Juweh, di rumah ....”
16. Irna
: “Sudah. Kau sama saja. Marah selalu. Di sini, di sana, di ....”
17. Aleks : “Kau juga mulai lagi. Masalahnya itu apa? Dipecahkan. Tidak ngomong
asal ....”
18. Dawud : “
Diam.”
19.
(Semuanya diam sejenak dan beberapa enak.)
20. Aleks : “Ini jadi ....”
21. Irna
: “Diam. Dawud bilang apa? Masak nggak dengar bahwa dia ....”
22. Dawud : “
Diam, Irna. Kalau terus-terus begitu, berkeringat tanpa guna. Padahal ....”
23. Aleks : “Kau juga ngomong melulu. Nggak konsekuen itu namanya. Absurd.
Buat larangan dilanggar sendiri. Huh, dasar.”
24. Irna
: “Kau mulai lagi. Komentar itu secukupnya. Tidak ngelantur ke sana ke sini.
25. Aleks : “Diam, Irna. Diaaaaam.”
26. Dawud : “Kau
juga diam dulu, jangan menyuruh melulu, nggak memberi contoh.”
27. Irna
: “Kau sendiri mesti diam dulu baru yang lain itu, Wud.”
28.
Diam semua. Tiba-tiba meledak tawa mereka bersama-sama
.
B. Rahmanto dan P. Hariyantyo, 1997
C. Membaca
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat membandingkan naskah hikayat dengan
cerpen
Membandingkan Naskah Hikayat dengan Cerpen
Hikayat dan cerpen pada hakikatnya berupa narasi fiktif. Keduanya disusun menggunakan
bahasa prosa. Di dalamnya dikisahkan tokoh dengan perwatakannya masing-masing dalam
alur (plot) pada suatu tempat dan waktu tertentu (setting), dari sudut pandang (point of view)
Drama dalam Sastra Kita
241
Kata sahibul hikayat, ada sebuah
negeri di tanah Andelas Perlembang
namanya, Demang Lebar Daun nama
rajanya, asalnya daripada anak cucu
Raja Sulan; Muara Tatang nama
sungainya. Adapaun negeri
Perlembang itu, Palembang yang ada
sekarang inilah. Maka hulu Muara
Tatang itu ada sebuah sungai, Melayu
namanya; di dalam sungai itu ada
sebuah bukit Siguntang Mahameru
namanya. Dan ada dua orang
perempuan berladang, Wan Empuk
seorang namanya, dan Wan Malini
seorang namanya; dan keduanya itu
berhuma di bukit Siguntang itu; terlalu
luas humanya itu, syahdan terlalu jadi
padinya, tiada dapat terkatakan; telah
hampirlah masak padi itu. Maka pada
suatu malam itu dilihat oleh Wan
Empuk dan Wan Malini dari rumahnya
di atas bukit Siguntang itu bernyala-
nyala seperti api. Maka kata Wan
Empuk dan Wan Malini: “Cahaya apa
gerangan bernyala-nyala itu? Takut
pula beta melihat dia.” Maka kata Wan
Malini: “Janganlah kita ingar-ingar;
kalau gemala naga besar gerangan
itu.” Maka Wan Empuk dan Wan
Malini pun diamlah dengan takutnya,
lalu keduanya tidur. Telah hari siang,
Wan Empuk dan Wan Malini pun
Orang banyak masih ingat pada
beberapa tahun yang silam negeri
yang banyak berkebun karet, sudah
pernah dilanggar duit. Di mana-mana
dewasa itu si punya getah bersiram
duit – sekali lagi duit. Waktu itu,
perniagaan maju, pelayaran ramai.
Tentang harga barang-barang orang
kurang tawar-menawar.
Pada suatu hari datang Wan
Saleh, seorang saudagar, ke negeri
P ... dalam daerah Sumatera Timur.
Ia banyak membawa barang jualan,
kain-kain, barang pecahan, barang
kumango, dan yang lain-lain. Ia pun
berkedailah. Di hadapan itu tergan-
tung papan merk yang besar, “Toko
Murah.”
Saudagar baru, orang baru,
barang pun baru, jadilah kedainya maju
dan selalu ramai. Sebulan selang
kemudian, terbukalah pula sebuah
kedai baru, berhadapan betul dengan
toko Wan Saleh itu. Yang empunya
toko itu seorang perempuan, agak
lincah pembawaan badannya dan
lancar berkata-kata. Esok harinya
tergantunglah merk yang besar di toko
perempuan itu, “Toko Murah Sekali.”
Sesungguhnya orang bebas
menamai tokonya, dengan sembarang
nama yang digemarinya. Kendatipun
yang juga tertentu. Masing-masing dikisahkan dengan gaya sesuai dengan selera pengarang.
Untuk membandingkan keduanya, Anda harus membacanya dengan cermat, menganalisis
unsur-unsur intrinsiknya, memilah-milah unsur mana saja yang sama dan mana yang tidak.
Dengan cara seperti itu, Anda akan dapat menemukan kesamaan dan perbedaan-perbedaannya.
Uji Kompetensi 19.3
1. Baca dan bandingkankan penggalan hikayat dengan penggalan cerpen berikut!
Penggalan Hikayat
Penggalan Cerpen
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
242
bangun dari tidur, lalu basuh muka.
Maka kata Wan Malini: “Marilah kita
melihat yang bernyala-nyala sema-
lam itu.” Maka keduanya naik ke atas
bukit Siguntang itu, maka dilihatnya
padinya berbuahkan emas dan
berdaunkan perak dan batangnya
tembaga suasa. Maka Wan Empuk
dan Wan Malini heran melihat hal yang
demikian itu, maka katanya: “Inilah
yang kita lihat semalam itu.” Maka ia
berjalan pula ke bukit Siguntang itu,
maka dilihatnya tanah nagara bukit itu
menjadi seperti warna emas.
Sejarah Melayu
begitu, merk toko perempuan itu
mengecewakan hati Wan Saleh.
Terasa-rasa benar kepadanya perem-
puan itu sengaja hendak mencari-cari
helah, lawan berkonkuren. Tetapi
bagaimana sekalipun jijiknya melihat
toko perempuan itu, tiadalah dayanya,
apalagi kuasanya akan menurunkan
merk lawannya itu.
Mendengar sungut-sungut Wan
Saleh itu, tahulah orang banyak bahasa
hatinya sakit kepada perempuan yang
baru datang itu.
Dari Suman Hs,
“Papan Reklame”
Kawan Bergelut
2. Untuk menemukan kesamaan hikayat dan cerpen, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
berdasarkan kedua penggalan tersebut!
a. Siapa sajakah tokoh hikayat dan tokoh cerpen pada penggalan tersebut?
b. Bagaimanakah perwatakannya? Bagaimana pengarang melukiskan watak mereka?
c. Di manakah latar cerita kedua penggalan tersebut?
d. Samakah bahasa yang digunakan pada kedua cerita tersebut? Dalam hal apa sajakah
kesamaannya?
e. Bagaimanakah alur hikayat dan alur cerpen tersebut?
D. Menulis
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengarang cerpen berdasarkan realita
sosial.
Mengarang Cerpen Berdasarkan Realita Sosial
Pada semester pertama Anda telah belajar menulis cerpen berkenaan dengan kehidupan
seseorang dari sudut pandang orang ketiga. Nah, pada pelajaran ini Anda masih belajar menulis
cerpen. Masih, ingat caranya, bukan?
Cerita pendek bersifat fiktif, bukan reportase, bukan cerita sejarah. Cerita yang melukiskan
tokoh bodoh, dungu, dan yang diperbodoh, yang diolok-olok, dan yang dilecehkan bukanlah
cerita yang berdasarkan realita, melainkan berdasarkan tradisi penulisan cerita jenaka masa
sastra Indonesia lama.
Drama dalam Sastra Kita
243
Uji Kompetensi 19.4
Susunlah sebuah cerpen yang mengisahkan realita! Anda boleh mengisahkannya dari sudut
pandang orang pertama atau sudut pandang orang ketiga. Tema, topik, dan panjang cerpen
tidak dibatasi.
E. Ada Apa dalam Sastra Kita
Tujuan Pembelajaran:
Anda diharapkan dapat mengidentifikasi komponen kesastraan
dalam teks drama.
Mengidentifikasi Komponen Drama
Mengidenfifikasi berarti menentukan ciri-ciri. Mengidentifikasi komponen drama berarti
mencari sampai menemukan ciri-cirinya.
Uji Kompetensi 19.5
1. Perhatikan kutipan awal drama berikut dengan cermat!
API
Drama dalam Tiga Bagian
Oleh Usmar Ismail
Para pelaku:
1. R. HENDRAPATI ......
ahli obat-obatan, 48 tahun
2. R. A. KARTINA .......... isterinya, 45 tahun
3. SUTARNA .................
anaknya, 24 tahun
4. KARNASIH ................
anaknya, 20 tahun
5. IRWAN ...................... asis
tennya, 26 tahun
6. MAS SUTANTIO ....... manteri-
laboran, 45 tahun
7. SUMIATI ...................
anaknya, 20 tahun
BAGIAN I
PANGGUNG: Beranda muka laboratorium rumah obat “Hendrapati”. Di sebelah
belakang pintu ke laboratotrium, di sebelah kanan pintu ke kantor Hendrapati. Di kiri
ternbentang halaman.
..............................................................................................................................................
Dari Usmar Ismail, “Api,”
Sedih dan Gembira
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
244
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan teks tersebut!
a. Tahukah Anda judul drama tersebut? Berapa babakkah? Siapa pengarangnya?
b. Berapakah jumlah pemeran yang diperlukan apabila drama di atas dipentaskan?
c. Di bawah
Bagian I
terdapat pernyataan
PANGGUNG: Beranda muka laboratorium rumah
obat “Hendrapati”. Di sebelah belakang pintu ke laboratotrium, di sebelah kanan pintu
ke kantor Hrendrapati. Di kiri ternbentang halaman.
Apakah fungsinya?
d. Samakah konsep babak dan bagian? Jelaskan!
e. Apakah yang menandai pergantian babak?
2. Perhatikan kutipan bagian akhir nakah drama berikut! Kemudian, jawablah pertanyaan-
pertanyaan yang mengikutinya!
AMIN
:
(
berteriak
) Opas! (
tiada menyahur
) Opas! (
tiada juga menyahut. Marah,
lalu berlari ke pintu memanggil
) Opas! Opas! (
Husin datang berlari-
lari, celananya belum betul diikat dan kancingnya
).
HUSIN
:
Saya, Tuan Amin!
AMIN
:
Ke mana engkau? Mengapa tidak duduk di kursimu? Tidak tahu
organisasi? Tidak tahu prinsip?
HUSIN
:
Saya sih, tahu Tuan Amin, organisasi dan prinsip Tuan Amin, tetapi
perut saya tidak tahu rupanya.
AMIN
:
(
marah
) Mengapa tidak lapor sama saya?
HUSIN
:
Saya cari-cari Tuan Amin, tetapi tidak ada, saya sih berhubungan
langsung dengan tuan Amin, menurut organisasi dan prinsip Tuan Amin
sendiri, tidak boleh. Dalam pada itu perut saya mendesak terus mau
keluar. Lantas saya nekat saja, pergi ke belakang. Sebetulnya kalok
tidak dipanggil, saya belon kelar. Ini saja saya stop tiba-tiba (memandang
ke celananya). Eh (
malu
) maaf tuan (
lalu membetulkan celananya
).
AMIN
:
Us! Sudahlah! Ini bawa ke Pemimpin Umum. Cepat! (
Husin mau berlari
cepat-cepat membawa surat itu, tetapi tuan Amin menahannya
)
Organisasi Husin, dan prinsip! Mana buku ekspedisi?
HUSIN
:
Oh, ya. Kagak keinget lagi, sangking mau buru-buru.
AMIN
:
(
aksi
) Ingat Husin! Tidak boleh lupa: organisasi dan prinsip.
HUSIN
:
Ya, tuan Amin .....!
LAYAR
Dari H.B. Jassin, “Tuan Amin”
Gema Tanah Air
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan teks tersebut!
a. Tahukah Anda judul drama tersebut? Siapa pengarangnya?
b. Komponen apa sajakah yang terdapat pada teks drama tersebut?
c. Berapakah jumlah pemeran yang diperlukan pada adegan terakhir drama tersebut?
d. Pada bagian ujaran pelaku terdapat kata-kata yang dicetak miring. Apa gunanya?
e. Pada bagian akhir teks tersebut terdapat kata LAYAR. Apa manfaatnya? Jelaskan!
Drama dalam Sastra Kita
245
○○○○○○○○○
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○
Rangkuman
1. Menganalisis pementasan drama dapat berarti mengkaji dan unsur-unsurnya
dekorasi, dan tata lampunya.
2. Bermain drama merupakan wujud keterampilan menyajikan cerita dalam bentuk
pertunjukan. Agar pertunjukan terlaksana, produser memegang peran utama. Dalam
hal menampilkan mutu pertunjukan, sutradaralah yang paling bertanggung jawab.
Untuk menghidupkan peran pelaku-pelaku cerita, pemainlah yang memiliki kewajiban.
Tanpa kru, penyediaan fasilitas pemanggungan, keamanan, dan lain-lain tidak bisa
dijamin. Produser dan perannya, sutradara dan penyutradaraannya, pemain dan
aktingnya, petugas dan perannya, lakon.
3. Antara hikayat dengan cerpen terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya
terletak pada hakikat dan unsur intrinsik yang terdapat di dalamnya. Di dalamya
terdapat pelaku beserta sifat-sifatnya, alur cerita, setting cerita, dan lain-lain.
Perbedaannya terletak pada bahasa, kurun waktu penciptaan, seting, sifat cerita,
dan lain-lain.
4. Cerpen merupakan cerita fiktif. Walaupun begitu, pelaku, watak, alur, seting,
permasalahan yang dihadapi harus rasional dan logis.
5. Komponen naskah drama mencakup judul, penulis, daftar pelaku, keterangan set-
ting, keterangan laku, dan dialog. Adakalanya drama disusun dalam beberapa babak
dan beberapa adegan.
Evaluasi
1. Unsur drama mana sajakah yang dianalisis dalam penggalan berikut?
Sosok-sosok yang ditampilkan dalam dalam lakon
Kunjungan Cinta
ini bukan sekawanan
penjahat tulen, tetapi orang-orang yang yang terjepit keadaan sehingga menjadi lemah.
Tokoh politik, agama, dan pejabat publik adalah kelompk elit yang terbiasa menyembunyikan
sisi gelap. Kejahatan dan dendam Klara Zakanasian (Ratna Riantiarno) dibungkus dalam
sosok yang tampil begitu manusiawi dan sendu. Pertunjukan ini menegaskan bahwa
kehidupan di dunia cenderung abu-abu dan bandul moralitas bisa cepat bergeser. Cinta
yang dikhianati bisa menjelma jadi benci yang membunuh. (Kompas, 14 Janusari 2007)
2. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara hikayat dan cerpen, masing-masing dua saja!
3. Susunlah sebuah cerita fikfif singkat yang melukiskan realita kehidupan sosial!
4. Sebutkan dua komponen yang ada dalam drama, tetapi tidak ada dalam cerpen!
Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)
246
5. Dari teks berikut, mana yang termasuk drama? Apabila bukan drama, apa namanya?
a.
Taman. Bangku. Orang Tua (OT) masuk, batuk-batuk, duduk di bangku. Lelaki setengah
Baya (LSB) duduk di bangku
LSB : Mau hujan.
OT
: Apa?
LSB : Hari mau hujan,. Langit mendung.
OT
: Ini musim hujan?
LSB : Bukan, kemarau.
OT
: Di musim kemarau hujan tak turun.
LSB : Kata siapa?
Dari Iwan Simatupang,
Petang di Taman
b. Abror
:
Apakah ada yang pernah kehilangan motor di tempat parkir ini?
Tukang Parkir :
Pernah, seminggu yang lalu.
Abror
:
Lalu, kalau motor saya ini nanti hilang, bagaimana?
Tukang Parkir :
Itu, terserah Bapak.
Mau beli motor lagi atau tidak.
Dari
Kuntum,
No. 241,
Januari 2005
Refleksi
Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari jawaban
Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk mengetahui tingkat
keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.
Tabel Penguasaan Materi
Skor
Tingkat Penguasaan Materi
85 – 100
Baik sekali
70 – 84
Baik
60 – 69
Cukup
< 60
Kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa yang
berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus mengulangi
pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.